animasi kartun jepang
Hati - Hati pilih film Animasi
-Tak semua cocok untuk anak
Ada pendapat keliru mengenai film animasi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan film kartun,
Kebanyakan orang beranggapan kartun hanyalah tontonan anak - anak. Padahal tidak semua adegan
dan karakter tokoh animasi cocok dengan penonton anak - anak. Bahkan film animasi dengan
adegan porno pun kini beredar di pasar gelap VCD.
Beberapakarakter animasi dikhawatirkan bakal berpengaruh buruk bagi kejiwaan anak-anak
Misalnya tokoh Shinchna dalan serial Crayon Shinchan (Jepang) dan Bart Simpson dalam
The Simpson (Hollywood). Setelah diprotes banyak kalangan, jam tayang The Simpson digeser
ke pukul 21.00 saat penonton anak - anak dianggap sudah tidur. Dan, belakangan penayangan film produksi
amerika itu dihentikan.
Sebaliknya, Shinchan masih memamerkan keluguan dan kekurangajarannya setiap hari minggu pukul
09.30 di layar RCTI. Pengaruh negatif Shinchan akan lebih mudah menghinggapi anak - anak karena produksi
jepang itu ditayangkan dalam bahasa Indonesia.
Film animasi dari negeri Sakura membanjiri Indonesia bersamaan dengan kelahiran stasiun televisi
swasta. Itu diawalki sukses seruak Dora Emon (RCTI), yang versi bioskopnya kini diputar di Semarang.
Belasana judul film animasi buatan jepang pun segera menyerbu seperti Sailor Moon (ditayangkan Indosiar)
Ninja Boy (TPI) dan Pokemon (SCTV). Juga kartun-kartun Amerika seperti Tazmania, X-men, Big Guy and
Rusty serta serial kartun klasik tahun 70-an macam Scooby Doo, Popeye, Flinstone dan si burung pelatuk
Woody Woodpecker.
Untung, masih ada stasiun televisi menayangkan animasi boneka yang sarat muatan edukatif
yakni Teletubbies. Dari sisi manfaat bagi anak-anak, film produksi BBC Inggris itu sejajar dengan film
Boneka produk lokal yang dulu sangat digemari, Si Unyil , kini diproduksi ulang.
Penonton Dewasa
Satu hal yang perlu diingat adalah tidak semua film animasi khususnya untuk tayangan bioskop,
diproduksi untuk penonton anak - anak. Misalnya Titan AE dan Atlantis: the Lost Empire yang kini diputar
di beberapa bisokop di Jateng.
Demikian pula film Shrek, yang dalan 6 pekan pertama peredarannya di amerika meraup 216 Juta
dolar AS. Kisah tentang raksasa hijau yang hidup di daerah rawa itu sebagian adegannya terlalu
"keras" untuk penonton anak-anak.
Lembaga Sensor Film menetapkan ketiga film itu untuk penonton remaja. Kenyataannya memang
hanya penonton usia SLTP ke atas yang bisa memahami tema cerita ketiga film itu. Anak usia SD boleh
saja menonton tetapi harus didampingi orang tua. Selain karena anak-anak bakal keponthalan membaca teks
terjemahan, ketiga film itu juga sarat adegan-adegna kekerasan.
Pendampingan sangat penting agar anak-anak idak menafsirkan sendiri apa yang mereka lihat dilayar.
Sebagian besar bocah bakal keasyikan menyaksikan berbagai bentuk pesawat, senjata, dan adegan pertempuran
Tetapi yang masih dibawah lima tahun mungkin akan menangis karena takut melihat wajah seram dari sejumlah
tokoh dalam ketiga film tersebut.
Banjir VCD
Film animasi sudah lama merajai tayangan televisi. Namun kehadirannya di bioskop selalu diperhitungkan
sejak Steven Spielberg meraih sukses lewat film American Tail (1985). Di Amerika dan Eropa, Film American Tail, Shrek
Titan A,e dan atlantis menmbus 10 besar film terlaris selama beberapa pekan.
Film American Tail bercerita tentang keluarga tikus Mouskowizt asal rusia yang hijrah ke Amerika. Mereka
menyeberang Samudra Atlantik sebagai penumpang gelap dalam kapal imigran karena iming-iming di Amerika tak
ada kucing.
Itu merupakan satire tentang kemakmuran dan kedamaian di Amerika yang ternyata tak seindah yang
dipropagandakan. Tema semacam itu hanya bisa dipahami penonton dewasa. Namun anak-anak masih bisa menikmati
polah tingkah lucu kaum tikus.
Amblin Entertainment telah memproduksi sequel kisah American Tail hingga 3 seri. Film itu telah beredar
dalam bentuk VCD dengan harga sekitar Rp. 50.000/ Judul
Film animasi memang lebih banyak beredar dalam bentuk VCD. barangkali hal itu karena pemutaran film animasi
di bioskop belum mampu menyedot banyak penonton. Itu bukan masalah daya beli, melainkan karena masih sangat
jarang orang tua yang mau menyediakan waktu untuk menemani anak-anak nonton bioskop.
Karena itu VCD menjadi sarana yang dianggap paling praktis untuk memberikan hiburan bagi anak-anak.
Harga sewa per judul relaitf murah yakni 2500-4000, bergantung pada jumlah disc dan kualitas gambar, bahkan ada
rental yang berani melepas seharga 1500/Judul.
Jika ingin mengoleksi, harga jualnya juga tidak mahal Untuk yang orisinal, biasa disebut master harga jual
16000-60000/judul. yang bajakan bisa dibeli seharga 7000 -12000
Di tempat rental. tersedia puluhan judul film animasi baik produksi Jepang, Amerika maupun Indonesia.
Bukan hanya film yang pernah dan sedang ditayangkan di stasiun tv swasta, tetapi juga yang main di bioskop.
Animasi Jepang cukup mendominasi pasaran, antara lain serial Pokemon, Digimon dan DoraEmon
Film barat produksi walt disney masih merajai termasuk kartun klasik mickey mouse dan donald duck.
Produksi William Hanna dan joseph Barbera juga mudah ditemukan, seperti Tom & Jerry serta The Flinstone. Serial yang diangkat dari buku komik terkenal juga sangat banyak antara lain Tintin dan Asterix.
Diantara judul-judul itu yang paling menarik barangkali serial Lion King atau Raja Singa. Fabel tentang
sekelompok binatang ini beredar dalam bentuk VCD Bilingual.
Dengan memanfaatkan 2 sisi tracka udio dalam 1 disc film ini bisa dinikmati dalam bahasa Inggris dan
Indonesia. Caranya sangat mudah tinggal mengeklik R/L pada VCD player atau Remote Control.
Film besar yang cukup layak disajikan untuk anak-anak dirumah adalah Land Before Time. Film produksi
Steven Spielberg itu berkisah tentang sekelompok anak dinosaurus pemakan tumbuhan yang harus berjuang
melewati seleksi alam untuk mencapai Lembah besar, Tempat hidup terakhir binatang purba sebelum mereka
punah.
VCD animasi lokal juga cukup banyak dijual, umumnya mengangkat cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia
antara lain Si Kancil, Timun Emas, Malin Kundang, Bawang Meraj & Bawang putih serta Ramayana.
Animasi produksi dalam Negeri sebenarnya tidak kalah dari buatan jepang, adegan animasi lokal jauh
lebih hidup, sebaliknya menonton animasi jepang tak ubahnya membuka halaman buku komik. Adegan yang
tersaji kurang dunamis, namun jepang lebih unggul dalam tata warna dan keragaman tema.
Dari segi teknik animasi dan keragaman tema, produk barat harus diakui yang paling unggul. Adegan-adegan yang disajikan berkesan sangat hidup. Tapi dari segi budaya tidak semua pas untuk anak-anak kita. Karena itu
para orang tua harus mau menyeleksi sebelum memutarnya untuk anak-anak dirumah.
komen langsung ke suara merdeka aja
kunjungan sobat :) untuk mempererat silaturahmi :D comment n visit me back sobat .
BalasHapus